Dampak Syukur #Motivasi

8:48 PM 0 Comments A+ a-

Keluh. Tidak asing rasanya kita dengar kata itu. Kata dengan denotasi negatif yang tiap hari seakan melekat pada kebanyakan orang. Tak terkecuali... si penulis ini. Tiada hari tanpa keluh kesah. Terasa atau tidak, sadar atau tidak. Rasanya seperti rutinitas saja.

Ingin sesekali mengingat nikmat apa saja yang Tuhan berikan. Pasti takan sebanding, keluh ini terlihat hanya sebagian kecil saja. Sangat sangat kecil, jauh lebih kecil. Tapi kenapa seakan-akan lebih besar dan lebih banyak secara kuantitas. Dasar keinginan! Tak tau malu dengan segala kebutuhan yang sudah Tuhan sediakan (Tuhan tau apa yang kita perlukan).

Hai tau kah... SAYA, bahwa segala hal itu diciptakan secara seimbang?
Berkah diberikan secara bergelimbang kadang terasa nihil, keluh diberikan sepercik terasa bertumpuk. Apakah memang begitu secara teori? Atau hanya dugaan klise si penulis saat jemu dengan segala bentuk lelah ini?

Seimbang? Biar saya cerna sesaat. Mungkin seperti ini maksudnya. Layaknya paradigma lain seperti berpasangan. Jika berpasangan ada pria dan ada wanita, maka seimbang ini lebih luas dan memiliki "arti" tertentu. Contohnya saya ambil istilah "ada si kaya, ada si miskin". Tunggu... ini termasuk ke dalam konteks berpasangan atau seimbang ya? Apapun itu saya coba paparkan maksud dari kata seimbang-nya.

Si kaya ditakdirkan Tuhan untuk dapat menginspirasi banyak orang, untuk buah dari kerja keras, untuk membantu sesama. Si miskin diciptakan Tuhan sebagai cerminan, sebagai media untuk berbagi, sebagai gambaran untuk... bersyukur. Jadi, kedua peran itu bukan kah diciptakan untuk saling melengkapi satu dan yang lain? Bukan kah diciptakan agar hidup ini terasa "seimbang"? Ya, jika kedua peran itu dimainkan secara bijak. Tapi bukan berarti si miskin tidak berhak hidup lebih "baik", ini masalah peran yang secara umum akan selalu ada (dalam hal materi). Dari maksud di atas muncul makna khususnya, bahwa keduanya tercipta agar kita orang yang pasti ada didalamnya atau bahkan sebagai saksi dapat mengambil hikmah. Si miskin tetap berusaha. Si kaya tidak usah neko-neko. Sederhanalah kita (saya)!

Tapi tema tulisan ini bukan mengenai contoh di atas, jauh lebih menjurus lagi. Dampak syukur. Taukah SAYA, bahwa dari contoh di atas (yang hanya membahas materi) kita dapat mengambil pelajaran? Ada maksud dari hidup yang Tuhan ciptakan secara seimbang. Ketika kita sudah sadar, dan dapat memosisikan diri secara tepat, maka akan ada reaksi yang kita rasakan. Hidup ini akan terasa jauh lebih menarik. Bahkan, istilah "kaya" yang tadinya hanya lebel, dapat "terasa" oleh banyak pihak, bukan hanya dia si "mpu-nya" tapi mereka-mereka yang secara materi pun belum merasakan. Hidup akan terasa tentram, nyaman, dan indah. Mari bersyukur!

Teruntuk diri sendiri.

@Jurnalsalman