Hidup dan Kuliah di Jerman? dari Youtube Gita Savitri Dewi (Gimana Jerman mengubah kami feat. Paul | Tentang Jerman eps.3) #VlogReview

8:22 AM 1 Comments A+ a-

Halo J

Kali ini saya bakal tulis blog pertama edisi #Vlogreview. Di blog kali ini, tulisannya bakal lebih santai dibandingkan blog pembuka kemarin yang terkesan “sedikit terlalu formal” hehe. Bicara masalah tulis-menulis, seperti yang saya sebut di blog pembuka bahwa menulis itu adalah  hobi saya semenjak smp, tapi sempat hilang dan baru datang akhir-akhir ini. Salah satu kunci “bisa nulis” itu ya banyak baca, kemudian diikuti teknik-teknik lainnya. Jujur, minat baca saya ga sebesar smp/sma dulu walau hampir semua buku yang di baca buku fiksi ringan remaja atau sekedar cerpen. Bedanya, sekarang yang di baca itu artikel yang kebetulan lewat di media sosial atau baru di cari kalo bener-bener niat pengen tau.

Well, hobi baca itu kemudian beralih ke hobi lain yaitu nonton. Salah satunya nonton vidio youtube. Youtube menurut saya sudah menjadi media kreatif bagi smua orang untuk dapat berkontribusi dengan segala bentuk jenis konten vidio, mulai dengan musik, film, permainan sampai yang paling terbaru dan banyak orang buat adalah vlog atau video blog. Nah, saya akan coba menulis berbekal materi yang saya dapat setelah menonton salah satu konten vidio yang ada pada salah satu Youtuber/Vlogger Indonesia, yaitu Gita Savitri Devi dalam vidio nya yang berjudul “Gimana Jerman mengubah kami feat. Paul | Tentang Jerman eps.3.” (sedikit info di video playlist “Tentang jerman” nya Gita  Savitri, episode 3 ini adalah episode pertama yang saya tonton, tapi masih ada beberapa episode Tentang Jerman lainnya dengan lawan bicara yang berbeda)




Seperti judulnya di vidio Tentang Jerman episode 3 di atas, Gita Savitri bercakap panjang lebar bersama Paulus Andreas, Mahasiswa Kedokteran di Jerman yang juga sempat muncul dalam beberapa Vlog Gita lainnya mengenai bagaimana Jerman dapat mengubah hidup mereka. Setelah menonton vidio tersebut, saya coba jabarkan ke dalam beberapa point menurut perspektif Gita Savitri dalam vlog-nya, diantaranya :

1.      Hidup Lebih Mandiri
Di poin nomor satu ini, Paul menjelaskan hal pertama yang mengubah hidup mereka adalah bagaimana mereka bisa hidup lebih mandiri. Hidup secara mandiri yang mereka maksud bukan hanya hidup sendiri, melainkan hidup dengan mengurus banyak hal oleh diri sendiri. Mulai dengan mengurus tempat tinggal, mengurus makanan sampai bahan makanan kedepannya, membayar segala hal yang dibutuhkan seperti bayar listrik, rumah, telpon, uang kuliah dll. Hidup mandiri ini kemudian menjadi pondasi bagaimana kedua orang dalam vidio itu dapat bertahan dan memeroleh banyak perubahan positif dalam hidup mereka. Seperti yang ada di nomor 2,

2.      Lebih On Time
“Jam itu, jam karet” kata Paul berbicara masalah waktu saat dia masih berada di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri, ketepatan waktu sepertinya masih mahal untuk dapat di beli oleh kebanyakan orang di Indonesia apalagi berbicara masalah “janjian”. Orang bisa dengan santai sengaja “ngaret” atau terlambat untuk datang ke tempat pertemuan (termasuk saya hehe) yang sangat jauh dengan kebiasaan orang Jerman yang begitu disiplin wktu. Gita dan Paul juga memenjelaskan bahwa estimasi untuk transportasi publik di Jerman saja benar-benar tepat waktu. Hal itu yang mendasarkan banyak Orang Jerman pada akhirnya menghargai juga disiplin terhadap waktu.

3.      Lebih Terorganisir
Dari kebiasaan tepat waktu Orang Jerman yang juga mereka terapkan, akhirnya baru disadari bahwa hal itu memengaruhi kehidupan Gita dan Paul selanjutnya. Hidup dapat dikatakan lebih terorganisir. Keduanya mengakui mereka lebih well-prepared, contohnya masalah ujian yang mereka siapkan jauh-jauh hari dan sudah menjadi kebudayaan yang menjamur secara positif bagi mahasiswa disana. persiapan apapun itu menjadi penting kemudian.

4.      Jadi Gak Kepoan
Dalam vidio berdurasi 12:43 detik tersebut, Gita dan Paul menjabarkan bahwa Orang Jerman tidak “se-kepo” Orang Indonesia yang mudah penasaran terhadap sesuatu yang bukan urusan mereka. Di satu sisi rasa penasaran itu dibutuhkan, namun harus pada tempat dan porsi yang sesuai.  Sementara di Jerman sendiri,  orang-orang itu lebih acuh terhadap apa yang bukan urusannya seperti agama, umur, keluarga, dll karena itu bersifat privasi dan cukup sensitif. Menurut Gita, Hal itu yang membuat kita menjadi tau batasan dan semuanya tergantung pilihan hidup masing-masing.

5.      Lebih Gak Mageran
Paul bilang kehidupan di Jerman sendiri merubah pola pikir dia yang dulu hanya fokus kuliah. Melihat adanya kesempatan yang sayang jika di sia-siakan, perlahan setelah tiga tahun menetap disana dia dapat kuliah diiringi dengan bekerja. Hal itu bukan hanya positif tapi juga produktif. Bagaimana pun, hidup sendiri di luar negri pasti akan terasa lebih sulit khususnya masalah finansial. Tidak ada salahnya  dengan melihat dan memanfaatkan peluang yang ada, lalu mencoba untuk menghasilkan pendapatan yang lebih.

6.      Berani Ngutarain Pendapat
“Kalo di Indonesia, ini salah gak ya, opini gue bener ga ya?” obrolan dua orang dalam vidio tentang kebiasaan mengutarakan pendapat Orang Indonesia yang banyak ragu. Menurut Gita pendapat gak ada yang benar atau salah karena tergantung cara kita berpikir. Dia menambahkan Orang Jerman mayoritas menghargai pendapat orang lain bahkan meresponnya. Begitupun dengan anak kecil disana yang di bentuk dengan cara berani mengemukakan pendapat, memberikan alasan dari setiap keadaan, sehingga budaya yang di bentuk dari kecil dengan menggutarakan pendapat dan memakai logika ini dapat menghasilkan pribadi yang berani khususnya berpendapat.

7.      Lebih Gak Neko-Neko
Di nomor tujuh Gita Savitri memaparkan Orang jerman lebih tidak neko-neko, contohnya dalam gaya berpakaian. Berbeda dengan pribumi di Indonesia yang mayoritasnya tinggal di kota besar, lebih senang jika terlihat “wah” dalam cara berpakaian. Kebiasaan Orang Jerman yang tidak neko-neko ini, lantas membuat Gita tampil dengan apa adanya.

8.      Lebih Peduli Lingkungan
Jerman merupakan negara yang sangat “concern” pada lingkungan.  Pemilihan sampah dari mulai plastik, kertas,  hingga beling pun merupakan hal yang sangat diperhatikan, begitupun menurut Paul.

Dan ini adalah point yang cukup menarik bagi saya secara personal. Karena selama menoton vidio di nomor delapan ini, ada sedikit perbedaan pendapat  antara Gita dan Paul mengenai kebiasaan lama mereka saat tinggal di Indonesia. Paulus yang dulu seakan tidak bisa membawa sampah kemana-mana hingga buang sampah sembarangan, sementara Gita yang dengan sisi difensifnya berpendapat bahwa tanggung jawab terkecil yang bisa kita lakukan untuk negara kita, tempat kita tinggal, lngkungan kita sendiri yaitu dengan tidak membuang sampah sembarangan.

“You dont deserve this planet!” Kata Gita di akhir penjelasannya kepada orang-orang yang membuang sampah sembarangan. (y)

9.      Belajar Karena Ingin Ngerti
“Budaya nyontek kurang menjamur, kalo gak belajar ya “die” kata Gita. :D

Paul bilang ujian untuk mengetes apa yang sudah dipelajari selama ini, Gita bilang mereka lebih mementingkan memahami dibandingkan mendapat nilai yang baik. Itu dua pernyataan yang secara garis besar keduanya sampaikan dalam vidio. Di vidio itu juga Paul menyayangkan pendidikan indonesia yang kurang luas dan kurang memerdalam wawasan sehingga seringkali ketika siswa di tanya alasan,  mereka tidak tahu. Pelajaran penting bagi kita setelah mengetahui hal itu bahwa kebanyakan negara maju memiliki pola yang sama dalam hal pendidikan, yaitu mementingkan pemahaman, memperdalam wawasan hingga tahu sebab dan akibatnya, dan mengevaluasi pemahaman sesuai apa yang di dapat.

10.  Lebih Aware
Di nomor sepuluh keduanya menjelaskan bahwa mereka lebih “aware” akan apa yang terjadi di sekitar. Hal itu membentuk mereka secara sadar karena kebiasaan umum Orang Jerman atau bahkan mayoritas Orang Indonesia di Jerman yang saat bertemu itu selalu membicarakan general knowladge atau pengetahuan umum, seperti adanya serangan atau peperangan dll, bukan fokus pada gosip selebriti seperti yang setiap pagi sampe sore sering kita dengar dan lihat di TV nasional.

11.  Lebih Rajin Baca Berita
Di nomor terakhir ini, Gita mengemukakan bahwa akhirnya dengan “aware” pada apa yang terjadi di sekitar itu membuat dirinya menjadi lebih rajin. Rajin dan tertarik mencari tahu tentang banyak hal seperti kesehatan, politik, ekonomi, dll.

·        *  Catatan Tambahan dalam Vidio

Problema di Indonesia?
Paul : Fokus hidup di Indonesia masih lebih pada hal yang dangkal dan hanya apa yang terlihat mata. Apa yang bisa dikontribusikan untuk lingkungan dan sosial seharusnya itulah yang menjadi fokus hidup kita Orang Indonesia.

Pesan
Gita : Kontribusi anak bangsa merupakan tanggung jawab massing-masing yang harus ditumbuhkan. Penting menumbuhkan rasa peduli terhadap negara sndiri, tidak hanya diri sendiri, kesejahterajaan keluarga sendiri, tapi juga negara.  

Sekian penjelasan saya dalam blog pertama edisi #vlogreview di Jurnal Salman. Saya harap tulisan ini dapat bermanfaat dan membuka wawasan kita seluas-luasnya tentang apa yang harusnya kita lakukan sebagai manusia pada umumnya, dan Orang Indonesia pada khususnya mengenai hidup agar lebih baik dengan bercermin kepada kebiasaan Orang Jerman dan lingkungannya menurut pengalaman Gita Savitri dan Paulus dalam Vlog-nya. Dalam tulisan ini, saya ingin mengutarakan bahwa bukan berarti Negara Jerman lebih baik (walau kenyataannya mungkin iya “termasuk negara maju” hehe) karena pada dasarnya setiap negara pasti memiliki kelebihan, kekurangan, serta keunikannya masing-masing (klasik). Tapi yang terpenting lebih dari itu semua, bagaimana kita secara bijak juga pintar dapat mengambil apa yang baik kemudian mengaplikasikannya hingga kita betul-betul menjadi individu yang unggul serta dapat berkontribusi membangun negara tercinta Indonesia menjadi negara yang lebih maju dan lebih positif lagi.

Di ujung tulisan ini saya juga ingin menyampaikan mohon maaf bila ada salah kata, cara penulisan yang kurang tepat, atau mungkin ada pihak yang tidak berkenan dengan tulisan yang saya buat ini, silahkan tinggalkan kritik, saran, dan komentar lainnya.

Terimakasih J

-                                 Produktifitas dapat dilakukan dari hal kecil yang bisa kita lakukan.   

CHECK Youtube Gita Tentang Jerman Eps. 3 : https://www.youtube.com/watch?v=oaAPMIkKMHM

Youtube : @Gita Savitri Devi OUT!

(Jangan lupa Subscribe channel saya juga : @Mumpung Muda Production J)

Zona Salman #Perkenalan

2:12 AM 0 Comments A+ a-



Mohamad Salman Alfarisi,  Februari 2017.

Pentingnya menyalurkan hobi pada tempat yang sesuai sepertinya hal yang setiap orang harus lakukan. Pada salah satu media komunikasi umum, sekaligus saya juluki sebagai “Jurnal kreasi” ini, saya akan mencoba beropini, mengkaji, menyalurkan karya fiksi, dan merangkai bentuk tulisan lain untuk menyalurkan salah satu hal yang menjadi minat pribadi, yaitu menulis. Minat yang pertama kali muncul saat duduk di bangku menengah pertama, kemudian sempat hilang selama enam tahun lebih, akhir-akhir ini terus mendesak sampai akhirnya terciptalah blog personal yang saya sebut sebagai Jurnal Salman. Dalam blog ini seperti sebelumnya sudah dikatakan bahwa saya akan mencoba merangkai banyak bentuk tulisan, guna meningkatkan kualitas menulis, meningkatkatkan pemahaman, memerluas pandangan suatu hal, bahkan mencoba memberikan hiburan, serta tajuk yang informatif bagi para pembaca. Dengan begitu, saya harap Jurnal Salman akan memiliki fungsi yang positif dari dua belah pihak sehingga dapat menjadi wadah yang bermanfaat.

Salman! begitu kebanyakan orang memanggil. Tahun ini hampir menginjak umur ke 24, setelah sebelumnya lahir di Bandung sebagai anak ke lima dari enam bersaudara. Lulus dari salah satu Universitas Swasta, Universitas Widyatama Bandung dengan Fakultas Bisnis & Manajemen, Konsentrasi Manajemen Operasional. Di 23 tahun saya hidup, pasti banyak pengalaman yang dapat di bagi juga dalam blog ini. Jadi, mari kita mulai kawan J


Salam,